ArtikelReview Webinar

Review Webinar [Part 1]: “Raising the Awareness of Sexual Harassment among Indonesian Society”

Feature List

Daftar Isi [Tampil]

Pelecehan Seksual merupakan hal yang marak terjadi saat ini dan faktanya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari akan hal genting ini. Webinar dari Aware Setter ini adalah salah satu inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kasus-kasus pelecehan seksual. 


.com/img/a/
Kekerasan seksual yang saat ini marak terjadi dikalangan publik dan pribadi. Ilustrasi (pexels.com/pixabay)

Kali ini saya mau membagi pengalaman dan ilmu setelah mengikuti webinar Aware Setter kemarin. Untuk bahasannya sendiri saya akan membagi dalam beberapa series dalam blog ini. Jadi jangan sampai terlewat update postingan ini ya... Bahasan pertama yang akan saya ulas adalah penjelasan dari Ms. Gia Raharja, yaitu seorang Guardian dari SalingJaga.id dan telah menjadi pembicara dari beberapa seminar yang diadakan oleh berbagai instansi pemerintah tentang pelecehan seksual.


Ms. Gia memberikan penjelasan bagaimana sih kekerasan seksual itu bisa terjadi dan ternyata masih banyak juga yang menyalahkan atau katakanlah victim blaming kepada si korban seperti misal, “Soalnya dia pake bajunya kayak gitu sih terlalu terbuka” atau “Yah... ga salah sih pergaulannya terlalu bebas jadinya begitu” dan lain sebagainya malah si korban yang disalahkan. Nah, berdasarkan catatan tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) tahun 2021 (data dari 2020), karena saat ini masih pandemi satu hal yang miris Kekerasan Berbasis Gender Online/cyber (KBGO) mengalami kenaikan sebanyak 348%. Wow… bukan sebuah prestasi angka yang patut dibanggakan dong? Bahkan Ms. Gia mengatakan ada yang lebih mirisnya lagi untuk kategori KBGO yang paling banyak yaitu non consensual intimate image atau istilahnya ‘revenge porn’ yaitu kita dipaksa/diancam kalau foto atau video kita akan disebarluaskan dan suprisingly pelaku nya itu  bukan orang jauh malah bisa pacar, mantan pacar, suami, junior sekolah, orang rumah atau orang lain yang dekat sama kita. Sangat... sangat miris tentunya hmmmmmm. 


Untuk kekerasan seksual sendiri menurut komnas perempuan dibagi menjadi 2 yaitu, ranah personal seperti keluarga itu sendiri ada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) meningkat sebanyak 79% dan ranah publik seperti yang lagi banyak bermunculan kasus kekerasan dalam lingkup pendidikan meningkat sebanyak 56% di tahun 2020. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran dan keberanian si korban untuk melaporkan kekerasan seksual terus meningkat. 


Jadi yang perlu harus kita underline light, kita nggak tau kapan kita bisa jadi pelaku dan kapan kita bisa jadi korban, siapapun bisa banget untuk menjadi korban dan pelaku. Kita juga bisa lihat rata-rata kekerasan seksual di lingkup pendidikan pelakunya adalah seorang guru besar/dosen, kemudian kalau kita lihat di tempat kerja ada atasan/bos, kemudian di ranah personal/keluarga itu ada ayah/suami sendiri yang justru orang-orang yang harusnya bisa melindungi kita atau katakanlah perempuan yang lebih rentan malah merasa terancam kondisinya. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena sifatnya kekerasan ini adanya dominansi (si pelaku punya kekuasaan/kekuatan yang lebih tinggi) apalagi kita ada di dunia Patriarki yaitu sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan, hal itu sangat mudah men-submissive kan korbannya.


Rata-rata korban kekerasan seksual itu tidak berdiri sendiri, katakanlah abusive itu nggak cuma soal kekerasan seksual secara fisik, biasanya korban ini juga merasakan kekerasan secara ekonomi terlebih dahulu. Ia dibuat tidak berdaya karena tidak ada penghasilan jadi harus bergantung pada pelaku. Lalu kondisi psikis, setiap hari mendengarkan bahasa-bahasa verbal yang tidak pantas dan ia jadi meng-iya-kan kalau dia tidak berdaya dan tidak bisa hidup tanpa pasangan dan secara emosional. 


Sexual harassment itu hanya bercandaan? “Eh kan bercanda doang kali serius banget” Tolong jangan pernah menormalisasikan bercandaan sexist apapun!!! Namanya pelecehan ya tetap pelecehan. Sexual Harassment: It’s NEVER a JOKE !


Pelaku juga biasanya nih punya latar belakang loh kenapa mereka melakukan itu. Kenapa sih dia bisa jadi pelaku? Ini dari sisi pelaku dulu ya... Yang pertama biasanya karena punya hasrat seks yang tidak bisa di salurkan ke pasangannya. Kemudian ada riwayat kekerasan seksual semasa kecil dan dia punya keinginan untuk balas dendam saat ia dewasa nanti. Lalu ketika kecil dia pernah menyaksikan kekerasan seksual terhadap anggota keluarga dan dia merasa nggak punya contoh keteladanan atau good example. Dia juga tidak dekat secara emosional dengan keluarga dan berada dalam lingkungan yang patriarki. Ada juga hal lain yang tidak dari dalam diri, misalnya ketergantungan obat-obatan terlarang dan minuman keras. kemudian sering juga membaca menonton konten por*o sehingga punya fantasi seksual yang mendukung adanya kekerasan seksual. 


Nah, tadi itu dari sisi apa pelaku, kalau dari sisi korban gimana sih? Kok bisa seseorang bisa jadi korban (victim)? Ms. Gia kembali menjelaskan yang pertama itu faktor ekonomi yaitu adanya economic abuse sehingga memiliki kondisi ekonomi keluarga yang rentan. Misalnya, karena ekonominya katakanlah dalam kondisi kurang mencukupi mau membeli kebutuhan pokok juga susah akhirnya masuk ke ranah perdagangan orang, perdagangan anak, lalu berlanjut anak dinikahkan dan ternyata anak tersebut masih dalam usia dini. Termasuk juga salah satunya adalah mempekerjakan anak di bawah umur. Ya... itu juga salah satu kenapa seseorang bisa dianggap menjadi korban karena tidak berdaya secara ekonomi tadi, lalu dia menganggap hal-hal yang harusnya masuk kedalam tindakan kekerasan dianggap menjadi normalisasi karena ya tujuannya adalah untuk uang. Padahal itu sudah melanggar batas-batas atau boundaries yang normal kemudian yang kedua adalah mengabaikan red-flags kita.


.com/img/a/
Jangan takut untuk speak up dan tegas untuk para korban pelecehan seksual. Ilustrasi (Pinterest/thebatt.com)


Bagaimana menurut kalian? Jadi usahakan untuk selalu waspada di manapun dan kapanpun yah. Bukan berarti kita harus jadi super was-was dan curigaan sama orang, namun kita perlu tahu apa yang harus kita lakukan ketika ada 'serangan'. Khususnya untuk perempuan jangan takut untuk speak up dan tegas. Pelaku pelecehan seksual biasanya menyasar korban yang terlihat lemah dan tidak akan melakukan perlawanan. Begitu juga sebaliknya, ketika kita menunjukkan sikap tegas dan tidak takut untuk menolak saat pelecehan terjadi, secara tidak langsung kita pun sudah memotong niat jahat mereka dalam melakukan tindak kejahatan. Betul tidak?


Oke next series, saya akan mengulas kembali masih seputar tentang topik di webinar ini yaitu tentang edukasi bagaimana pelecehan seksual dari sisi psikolog oleh dr. Lidya Heryanto, SpKJ., seorang dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) di RSUD Balaraja, Eka Hospital BSD dan Smart Mind Center (SMC) Alam Sutera. So, jangan sampai lupa update terus ya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nih buat jajan