Daftar Isi [Tampil]
Hujan bagiku adalah hembusan luapan nurani yang tak sempat kusampaikan namun jejak yang tertinggal tak bisa ku ungkapkan dengan nada-nada angin. Namun hujan mengandung arti jejak yang tak bisa terhapuskan oleh luapan gemuruh nadi berbalut murni, ini Senja. Mengapa Senja? Iya Senja di sore hari adalah luapan nadi yang tak bisa ku ungkapkan. Denyut jantung seakan berhenti serentak ketika ku mengetahui Senja menghilang. Senja, mengapa menghilang seakan kau mengegoiskan setiap menit yang kutunggu? Adakah seorang Senja menemani Jingga kesepian? Kini sang Senja menghilang bagai ufuk mentari yang tenggelam di sore hari, bagai perhiasan dalam telungkup karang, dapat terlihat dalam kalbu namun tak tampak, semakin kasat mata. Senja, entah apa yang harus ku ungkapkan? Biarkan rindu dalam gemercik gerimis ini menyembunyikannya lalu mengikuti hilangnya jejakmu.
Hujan telah mengisyaratkan untuk tetap bertahan dalam kebisuan yang tak kalah sakitnya seperti nadi yang perih namun tak berdarah. Hujan selalu kulukiskan kita bersama, namun selalu aku bertanya. Adakah aku dalam alunan gemerciknya? Bila saja kau disisiku, kan kuberi kau untaian nada angin. Namun tak henti aku bertanya? Adakah aku di mimpinya?
Disetiap gemerciknya air ada aroma tanah yang selalu menuyudutkanku dalam tenggelamnya rindumu. Adakah bayangan ku dalam hiasan samaran langit nan luas diatas sana? Senja..kurasakan keberadaan mu dalam nafasku yang kian menepis luapan rindu ini. Akankah takdir menyatukan kita? Jika bertakdir, Tuhan Maha mendengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar